Mediacirebon.id – Dapat kita ketahui, di masa sekarang ini orang-orang sudah tidak asing lagi dengan dunia digital, dan memang sekarang berada di industri 4.0 bahkan ada berita akan memasuki era society 5.0 di mana teknologi sudah menjadi bagian dari manusia dan hidup saling berdampingan dengan manusia. Sekarang teknologi itu sudah masuk di tengah-tengah kehidupan kita sudah seperti kebutuhan di masa sekarang ini, apalagi di tengah-tengah pandemi, pasti semua orang terbantu oleh teknologi digital, seperti media sosial yang sangat membantu kehidupan sehari-hari, di mana kita bisa membeli barang melalui situs online, bisa bertegur sapa dengan teman atau keluarga yang jauh di sana, dan lain-lain. Di era penggunaan teknologi digital, manusia dapat melakukan komunikasi baik verbal dan nonverbal kepada siapa saja tanpa adanya batasan.
Pasti banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari perkembangan teknologi digital sekarang ini, tapi tentu saja di mana ada positif pasti ada sisi negatifnya juga, malah lebih cenderung banyak dampak negatif, dikarenakan bebas berekspresi membuat orang-orang melakukan tindakan negatif seperti bullying atau biasa disebut cyberbullying dan tidak bertanggung jawab atas perbuatannya, malah dianggap sebagai hal yang biasa. Tidak hanya cyberbullying, banyak berita yang tidak benar bahkan menipu atau disebut juga hoaks beredar luas di media sosial. Dan banyak orang yang mulai kecanduan terhadap gadget, dari yang tua maupun yang muda sudah tidak bisa lepas dari gadget dengan mengakses aplikasi Instagram, Facebook, twitter, dan lain sebagainnya.
Dari sisi lain, “kecanduan gadget” secara kesehatan sangat membahayakan. Mata yang setiap saat menatap gadget maupun laptop, akan kelelahan dan jika dilakukan terus menerus akan menyebabkan gangguan kesehatan pada mata, lensa mata akan terlihat lelah yang pada akhirnya dapat mengganggu indra penglihatan kita. Disatu sisi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada seseorang ketika terlalu kecanduan dengan gadget.
Dampak negatif di atas bisa memiliki pengaruh buruk bagi kesehatan mental seseorang. Menyinggung tentang kesehatan mental, sebelumnya kita harus tau apa sih kesehatan mental itu? Kesehatan mental ialah, terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala penyakit jiwa (prof. Dr. Zakiah Daradjat, 1985). Kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan orang lain (World Federation for Mental Health). Kesehatan mental adalah orang yang terus menerus tumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian dalam berpartisispasi dalam memelihara aturan sosial dan tindakan dalam budayanya (Frank, L.K , 2005).
Menurut Travis Bradberry, Psikoterapis ahli di bidang kekuatan mental dan Co-Writer Buku Emotional Intelligence 2.0, bahwa mental yang sehat dan kuat bisa dilihat dari beberapa ciri seperti memiliki kecerdasan emosi dan kepercayaan diri yang tinggi, berani berkata “tidak” dan meyakini bahwa dirinya tidak perlu menyenangkan semua orang di sekitarnya. Namun jika seseorang tidak bisa menerima komentar negatif secara terus-menerus melalui sosial media dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan mental.
Data Riskesdes (riset kesehatan dasar) 2018 menunjukkan bahwa pada gangguan mental emosional yang ditujukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang. Dari banyaknya penduduk termasuk remaja yang menderita gangguan mental memiliki presentase depresi sebesar 6,2%. Depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (self harm) hingga bunuh diri.
Ada beberapa aspek negatif dari media sosial yang telah mengganggu kesehatan mental pada seseorang berdasarkan Help Guide (2020):
Pertama ialah tidak merasa cukup atas apa yang dimiliki, misalnya tidak merasa cukup dengan postingan yang kamu unggah di sosial media walaupun itu sudah dimanipulasi agar terlihat lebih keren dan bagus. Kamu tetap saja iri terhadap teman yang menampilkan pencapaian-pencapaian mereka.
kedua, takut ketinggalan tren yang sedang hype di sosial media, biasa disebut juga dengan istilah FOMO (fear of missing out). Di mana kalau kamu meninggalkan sosial media dalam waktu dua hari atau bahkan hanya 24 jam saja kamu akan merasa jadi orang yang kudet, hal ini bisa memicu kecemasan, dan memicu penggunaan media sosial yang lebih lama lagi. Dapat memicu kehilangan waktu tidur yang tenang, mengambil resiko saat mengemudi, atau memprioritaskan interaksi media sosial ketimbang dengan hubungan di dunia nyata.
Ketiga, yaitu kesepian, dalam sebuah studi di Universitas of Pennsylvania menemukan bahwa pengguna media sosial seperti Facebook, Whatsapp, Instagram, Twitter yang tinggi dapat meningkatkan perasaan kesepian yang tinggi pula.
Keempat, depresi dan gangguan kecemasan. Lebih baik untuk bertatap muka secara langsung , dapat melihat matanya, mengobrol langsung bisa mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati. Jadi kalau kamu memprioritaskan interaksi media soaial ketimbang berhubungan langsung, semakin beresiko pada gangguan mood seperti kecemasan dan depresi.
Dan yang terakhir ialah, Cyberbullying, atau pembulian di dunia maya ini mengintimidasi korbannya di media sosial, dengan berkomentar negatif, berbohong, mengadu domba, bahkan sampai ada pelecehan yang bisa meninggalkan rasa trauma.
Berikut ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental dari media sosial di era digital, berdasarkan UNICEF (2019):
Pertama, gunakan media sosial untuk hal positif, dengan memberikan konten yang positif dan saling mendukung teman, keluarga, atau bahkan orang-orang di luar sana. Misalnya memberikan feedback positif saat berkomentar di foto atau postingan yang mereka bagikan, dan jika kamu menerima konten perundungan atau pelecehan, kamu harus segera memblokir dan melaporkannya.
Kedua, pergunakan media sosial atau platform online untuk membantu mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan mental yang baik. Dan mencoba untuk menemukan konten yang positif juga yang bisa meningkatkan rasa percaya diri, lebih mencintai diri sendiri, konten-konten motivasi, dan self improvement, dan juga konten yang dapat membuka wawasan ilmu pengetahuan kamu.
Keempat, berhati-hati dan lindungi diri kamu di sosial media seperti mengatur privasi kamu di sosial media, menutup webcam saat tidak digunakan. Berhati-hatilah juga ketika akan mendaftar ke aplikasi dan layanan online, dan pastikan perasaan mu dikelola dengan baik, bagaimana kamu menjadikan media sosial dan konten agar tidak memengaruhi emosi, pikiran, atau tindakan. Contohnya apakah kamu saat melihat postingan temanmu di sebuah pesta membuat kamu merasa senang atau malah membuat kamu merasa iri.
Jadi, berhati-hatilah dalam menggunakan media sosial, posting konten yang memberikan efek baik bagi orang lain dan jangan sampai lupa tetap jaga privasi.
Biodata penulis :
Nama : Siti Mutmaenah
Institut : Mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam semester 1