Close Menu
  • Home
  • Utama
  • Pilkada 2024
  • Kriminal
  • Serba Serbi
  • Ekbis
  • Wakil Rakyat
  • Viral
  • Opini
  • Wisata & Kuliner
Facebook X (Twitter) Instagram
Media Cirebon
Facebook X (Twitter) Instagram
SUBSCRIBE
  • Home
  • Utama
  • Pilkada 2024
  • Kriminal
  • Serba Serbi
  • Ekbis
  • Wakil Rakyat
  • Viral
  • Opini
  • Wisata & Kuliner
Media Cirebon
Home » Soal Raperda RTRW, DPRD Singgung Polemik Kampus UGJ di Bima
Utama

Soal Raperda RTRW, DPRD Singgung Polemik Kampus UGJ di Bima

Monday, 10 March 2025
Facebook Twitter Telegram WhatsApp Copy Link
Rapat eksekutif dan legislatif soal Raperda RTRW Kota Cirebon yang disahkan menjadi perda
Share
Facebook Twitter Telegram WhatsApp Copy Link

Mediacirebon.id – Perdebatan sengit terjadi antara Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon Fitrah Malik dengan Sekretaris Daerah, Agus Mulyadi saat rapat pembahasan Raperda tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) di Griya Syawala, Senin (10/3/2025)

Pemicunya lahan seluas 3 000 meter persegi di stadion Bima yang seharusnya untuk ruang terbuka hijau (RTH) namun berubah menjadi kampus kedokteran Universitas Gunung Jati (UGJ).

Fitrah meminta jangan sampai usai disahkan menjadi perda, anggota DPRD diperiksa aparat penegak hukum (APH). Termasuk soal pemakaman umum di Jalan Cipto yang masih menuai polemik.

“Hanya ingin memastikan kalau Pemkot sudah menyelesaikan persoalan tanah UGJ,” kata Fitrah kepada Gusmul saat rapat.

Lihat Juga :  Terjadi Penumpukan di Perbatasan, Ini Kata Kapolres Ciko

Persoalan ini yang menjadi salah satu alasan legislatif menolak Raperda RTRW Kota Cirebon pada tahun lalu. Pihaknya tidak ingin, keputusan yang seharusnya untuk kepentingan rakyat berubah menjadi persoalan hukum.

Sementara itu, Sekda Kota Cirebon, Agus Mulyadi mengatakan, soal tanah UGJ APH hanya memberi sanksi administrasi. Kompensasinya, UGJ menyewa lahan kepada Pemkot Cirebon dan memberikan lahan 5000 meter persegi di Argasunya sebagai pengganti RTH.

“Persoalan tanah UGJ sudah selesai dari persoalan hukum. Sanksinya juga sudah ada,” katanya.

Gusmul menyampaikan bahwa sejak tahun 2022 atau awal dalam pembahasan Perda RTRW selalu melibatkan legislatif. Termasuk dalam pembahasan setiap poin yang ada di dalam raperda tersebut.

Lihat Juga :  HUT ke-77 RI, 10 Ribu Bendera Merah Putih Hiasi Gedung Linggarjati

“Bagaimana bisa kami mengambil keputusan kalau tidak mendapat persetujuan dari legislatif,” ujarnya.

Raperda RTRW kembali diusulkan ke legislatif untuk mengantisipasi sanksi dari Kementerian ATR/ BPN jika 15 hari belum ditetapkan mejadi perda. Selain itu jika nanti sudah ditetapkan menjadi Permen maka akan sulit kembali merubahnya.

“Kami hanya memberikan opsi ke legislatif apakah disahkan jadi perda atau tidak. Karena ada resiko dari sikap yang diambil oleh legislatif,” ujarnya. (Why)

Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Copy Link
Previous ArticleBupati Cirebon Minta TNI-Polri Bina Pelajar untuk Cegah Tawuran 
Next Article bank bjb Kembali Hadirkan Haji Geyot Demi Hidupkan Kembali Tradisi dan Meriahkan Ramadan

Related Posts

Agung Supirno Gagas Pembangunan Gedung Serbaguna di RW 05 Penyuken

Thursday, 13 November 2025 Utama

Warga Bayu Asih Keluhkan Layanan PDAM dan Kesenjangan Penerima Bansos

Thursday, 13 November 2025 Utama

Warga Desa Kubang Digegerkan Tumbuh Bunga Bangkai di Pemakaman

Thursday, 13 November 2025 Utama
Media Cirebon
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Tentang
  • Pedoman Media Siber
© 2025 PT Media Cirebon Kreatif.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.