SUMBER – Masyarakat Kabupaten Cirebon yang berada di perlintasan Sungai Cisanggarung wajib merawat dan menjaga agar tidak lagi meluap. Berkaca dari kejadian tahun lalu, ratusan masyarakat menderita banjir akibat Sungai Cisanggarung meluap.
Sungai Cisanggarung memiliki panjang 66 kilometer dihitung dari Hulu di kawasan Darma, Kabupaten Kuningan dan hilir di Losari perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sedangkan yang melintas di Kabupaten Cirebon, aliran Sungai Cisanggarung sepanjang 17 kilometer.
Bupati Cirebon Drs Imron M.Ag menuturkan, perlu ada gerakan untuk menyelamatkan sungai dan masyarakat yang berada di lintasan Sungai Cisanggarung. Gerakan yang dilakukan dengan melestarikan sungai dengan cara tidak membuang sampah dan menanam pohon di pinggir aliran sungai.
“Cisanggarung Agung merupakan bagian dari penyelamatan Daerah Alisan Sungai (DAS),” kata dia kepada wartawan, Kamis (24/6/2021)
Karena kata Imron, Sungai Cisanggarung menjadi tumpuan utama para petani di Kabupaten Cirebon. Sebaliknya jika air meluap, dampak merugikan para petani dan masyarakat di sekitar aliran sungai.
“Irigasi petani di Kabupaten Cirebon sebagian besar dari Sungai Cisanggarung, namun saat meluap merendam ratusan hektare sawah,” jelasnya.
Bencana akibat Sungai Cisanggarung terparah pada awal 2018 lalu. Akibat kejadian tersebut ribuan warga terdampak dan sebagian besar harus mengungsi.
“Banjir yang melanda akibat luapan sungai tersebut hingga ketinggian 1,5 meter,” kata Imron.
Berdasarkan data dari BPBD Jabar, Kabupaten Cirebon memiliki risiko bencana tinggi urutan sembilan di Jabar, dengan urutan pertama Kabupaten Cianjur dan terakhir Kota Bogor. Potensi bencana di DAS Cisanggarung diantaranya banjir, banjir bandang, longsor dan kekeringan.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jabar, Edy Heryadi mengatakan, untuk bencana banjir akibat luapan Cisanggarung berpotensi berdampak ke 36 desa, banjir bandang 67 desa, longsor 3 desa, kekeringan 19 desa, dan kebakaran 62 desa.
Untuk menghadapi bencana tersebut, kata Edy, pemerintah harus membuat masyarakat tangguh dengan menjalankan beberapa isu strategis, di antaranya melakukan gerakan edukasi, pengurangan bencana, penanggulangan berbasis iptek, dan optimalisasi.
“Dalam upaya pemeliharaan Cisanggarung tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah, tetap pemerintah, akademisi, masyarakat, dunia usaha, dan media massa,” katanya. [MC-02]