Mediacirebon.id – Nampak raut wajah sumringah menghiasi Heri (35), warga Kampung Benda Kerep, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.
Kebahagiannya berasal dari bingkisan berupa ember ukuran 20 liter yang dibawa dari acara Maulid Nabi Muhammad SAW atau orang Cirebon menyebutnya Muludan. Yang istimewa dalam ember itu berisi berbagai makanan berat dan ringan. Seperti nasi putih, ayam goreng, buah-buah, snack sampai air mineral.
Bagi Heri, Muludan di kampungnya melebihi hari raya Idul Fitri. Sebab, banyak hidangan makanan enak dari warga yang mengadakan syukuran.
Tak dipungkiri, setiap Muludan, Heri bisa mendapatkan puluhan ember berikut makanannya. Al hasil, dia dan keluarga menghemat uang untuk memasak.
“Alhamdulillah muludan di kampung saya berkah, wareg segala-galae (kenyang semuanya),” kata Heri kepada mediacirebon.id, Senin (25/10/2022).
Serupa dengan Haris, pemuda berusia 20 tahun ini rajin mengikuti Muludan di Kampung Benda Kerep, Kelurahan Argasunya. Apalagi Muludan di kampunya bukan hanya satu orang melainkan beberapa orang.
“Hadir semua. Saya usahakan karena hanya setahun sekali,” tuturnya.
Dia sendiri sengaja mengumpulkan ember dari Muludan untuk di rumah. Biasanya digunakan sebagai penampungan air saat musim kemarau.
“Buat nampung air kalau musim kemarau kan sulit dapat air di Kampung Benda Kerep,” kata Haris.
Sementara itu, Pangasuh Pondok Pesantren Benda Kerep Kota Cirebon KH. Muhammad Miftah, menjelaskan, Muludan sudah menjadi tradisi setiap tahun dan berlangsung turun temurun.
Yang membedakan adalah bingkisan untuk masyarakat yang ikut Muludan. Dulu bingkisan menggunakan tompo, kemudian beralih ke besek plastik dan kini menggunakan ember besar berukuran 20 liter.
“Dulu bungkus nasinya pakai daun jati. Semakin kesini, karena mencarinya repot dan selalu ingin instan akhirnya diganti menggunakan ceting. Kalau sekarang sih sudah pakai plastik yang dimasukan ke ember,” jelasnya.
Penggunaan ember sebagai berkat atau bingkisan mulai diperkenalkan sejak tahun 1990-an. Semenjak itu, warga Argasunya yang menggelar acara Muludan menggunakan ember sebagai bingkisan.
“Ada makanan ringan, minuman, nasi. Warga juga membuat lagi uter kembang, berisi buah-buahan seperti nanas, pisang, anggur, jeruk yang ditata dan juga minuman untuk dibagikan kepada tamu yang datang,’ jelasnya.
Menurut KH. Miftah penggunaan ember sebagai bingkisan ini semata-mata ingin menghormati para tamu yang hadir.
“Dalam sabda rosul, barang siapa yang menghormati kelahiranku bersedekah dengan nominal satu dirham, seperti bersodaqoh sebesar gunung uhud dari emas untuk mengangkat agama Allah,” kata Kang Miftah. (Why)