Mediacirebon.id – Peremajaan pipa jaringan distribusi dalam kota, menjadi salah satu penyebab pelayanan air bersih ke beberapa zona, masih belum bisa terlayani 24 jam.
Demikian dikatakan Ketua Komisi II DPRD Kota Cirebon Handarujati Kalamullah saat kunjungan kerja ke aset milik PDAM Kota Cirebon yakni resevoir Plangon dan sumur pengumpul sumber air di Cipaniis Kuningan.
“Banyak pipa jaringan distribusi dalam kota yang sudah tua. Butuh peremajaan agar pelayanan bisa maksimal,” kata Andru sapaan akrabnya kepada wartawan, Kamis (24/10/2024)
Pihaknya akan bergerak mengasistensi PDAM Kota Cirebon. Hasilnya akan dirumuskan bersama formulasi kebijakan dan program apa yang bakal diberikan, guna memaksimalkan pelayanan air bersih ke pelanggan,
Asistensi juga untuk meningkatkan potensi PAD yang bisa diberikan PDAM ke kas daerah Kota Cirebon.
“Ini upaya komisi II dalam memaksimalkan peran perusahaan daerah Kota Cirebon,” ungkapnya.
Dua program yang sudah rampung yakni pembangunan reservoir raksasa 9000 meter kubik di Plangon, serta pembangunan Jaringan Distribusi Utama (JDU.
“Kita lihat, di hulu sudah tidak ada masalah, satu lagi PR nya, yaitu penataan pipa jarirngan dalam perkotaan yang memang sudah tua. Bahkan ada yang sudah ada sejak zaman Belanda,” ungkap Andru.
Dari laporan PAM-TGN, lanjut Andru, PR terakhir ini memang cukup berat, karena membutuhkan anggatan yang fantastis, hingga 450 milyar.
Direktur Utama PDAM Tirta Giri Nata Kota Cirebon H Sofyan Satari SE MM mengakui, dua PR besar sudah terselesaikan, sehingga di sisi hulu, pengelolaan air sudah sangat maksimal, tinggal di hilir di sistem distribusinya.
Dengan pembangunan reservoir, saat ini PAM-TGN bisa memanfaatkan air selama 24 jam full, ditambah jaringan distribusi sampai Kalitanjung yang sudah mendukung, sehingga tinggal dari Kalitanjung masuk ke pipa-pipa jaringan perkotaan saja.
“Di hulu, mulai air baku sampai transmisi tidak ada masalah. PR kita tinggal revitalisasi dan penataan jaringan di dalam perkotaan. Hampir seluruh wilayah perkotaan sudah tua, sudah melampaui usia teknisnya,” jelas Opang, sapaan akrabnya.
Diakui Opang, PR ketiga ini memang yang paling berat, termasuk dari sisi kebutuhan anggaran. Tiga tahun lalu, lanjut Opang, pihaknya melakukan inventarisasi, dan hasilnya, kerusakan jaringan perkotaan ini sudah sangat parah.
Saat itu, PAM-TGN pun pernah menghitung, butuh sekitar 450 milyar untuk mengcover biaya revitalisasi 100 persen jaringan perkotaan di Kota Cirebon.
Tiga tahun berselang, tentu harga yang dihitung dulu mengalami kenaikan, dan disebutkan Opang, jika dihitung dengan 10 persen per tahun, maka nilainya akan bertambah menjadi 570 milyar.
“Mohon arahan dari bapa ibu Dewan kita formulasi programnya seperti apa. Sambil menunggu kemampuan perusahaan, kita perbaiki dulu, ada yang parah kita ganti sesuai skala prioritas,” imbuhnya