PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia masih menanggung dampak krisis ekonomi yang menyebabkan terjadinya krisis multidimensi, seperti krisis sosial budaya, moral, serta keamanan dan pertahanan nasional. Dalam segi sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang dilihat dari Human Development Index (HDI) terakhir yang dikeluarkan oleh The United Nation Development Program (UNDP) tahun 2014 melaporkan bahwa Indonesia masih berada di peringkat 108, artinya untuk kawasan ASEAN masih kalah dibanding dengan Singapura (peringkat 9), Brunei Darussalam (peringkat 30), Malaysia (peringkat 62), Thailand (peringkat 82). Namun, Indonesia sedikit lebih baik dari Filipina yang berada di peringkat 177.2
Kerusakan mental yang sering dipublikasikan melalui media dan sangat sulit diperbaiki pemerintah dari waktu ke waktu adalah masalah korupsi kolusi, dan nepotisme yang dilakukan hampir semua pejabat yang ada. Korupsi, kolusi dan nepotisme ini sepertinya sudah menjadi masalah utama para pejabat dan pemilik kewenangan. Sudah banyak cara diciptakan dan dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut, namun masalah itu terus terjadi setiap hari, tampaknya sudah menjadi masalah mental bagi sebagian pejabat di Indonesia. Sulit rasanya disembuhkan karena sudah seperti penyakit menular. Sebelumnya, banyak orang yang berbicara di berbagai tempat menyoroti masalah dimaksud, tetapi aneh setelah menjadi pejabat atau mendapat kesempatan mengelola sesuatu juga menjadi pelaku. Sulit rasanya digeneralisasi, orang seperti apa yang dipercaya untuk mampu mengatasi permasalahan korupsi, kolusi, dan nepotisme itu. Revolusi mental juga diperlukan, karena tantangan abad 21 dan menyiapkan generasi emas 2045, yang menandai 100 tahun hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia adalah membangun manusia produktif, kreatif serta inovatif.
Berkarakter dan berkeahlian sesuai minat dan kemampuan individu. Terutama untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang memiliki etos kerja tinggi dan leadership yang bagus. Menurut Jokowi revolusi mental berarti warga Indonesia harus kembali mengenal dan menjalankan karakter orisinil bangsa Indonesia yang santun, berbudi pekerti dan bergotong royong. Satu-satunya jalan untuk revolusi mental adalah melalui pendidikan yang berkualitas dan merata dan penegakan hukum yang tanpa pandang bulu. Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk menciptakan orang-orang pintar, tetapi orang-orang yang juga berkepribadian baik. Para pemuda perlu memiliki tiga karakter utama, yaitu integritas, etos kerja, dan gotong royong. Ia mengkritisi mahasiswa yang sekadar mengejar nilai yang baik tetapi mendapatkannya dengan cara curang. Hanya karena punya IPK tinggi, jangan harap kalian bisa dengan mudah mencari kerja jika kalian tidak bisa menggunakannya dengan baik. Persoalan bangsa saat ini muncul karena hilangnya integritas.
Gerakan revolusi mental sebagai program mengubah sikap dan karakter manusia untuk kembali pada citra dirinya sebagai makhluk yang diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya merupakan program keumatan yang harus dijunjung tinggi oleh semua pihak karena memiliki tujuan yang mulia, yaitu untuk memperbaiki mental manusia yang kurang baik menjadi baik, menuntun manusia untuk selamat hidup di dunia dan selamat hidup di akhirat. Program revolusi mental harus disambut dengan baik oleh semua pihak karena program itu bertujuan untuk memuliakan manusia. Bagi siapa yang menilai program ini tidak baik berarti telah menyenangi kerusakan. Dalam kaitanya dengan kajian revolusi mental, pendidikan adalah salah satu bidang yang juga memiliki pengaruh dalam merevolusi mental dan paradigma siswa dalam memandang dan menilai suatu masalah. Pendidikan adalah salah satu landasan penting dalam implementasi revolusi mental karena pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan esensi, suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
ALASAN MEMBAHAS TOPIK
Pemuda bisa menjadi motor penggerak perubahan dengan terlibat dalam Gugus Tugas Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Oleh sebab itu saya tertarik membahas topik ini karena pemuda/mahasiswa dapat mengambil peran dalam pusat-pusat perubahan dan kolaborasi organisasi pemuda bersama gugus tugas daerah membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
HAL YANG MENJADI PERHATIAN PEMERINTAH
Masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh generasi muda. Pemuda usia 16-30 tahun jumlahnya sebanyak 64,50 juta orang atau 23,86% dari penduduk Indonesia (BPS 2021). Dengan jumlah itu pemuda harus berperan sebagai “agent of change” atau agen perubahan kemajuan bangsa. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyatakan, program kegiatan GNRM di tahun 2023 harus bisa menyasar generasi postmilenial atau Generasi Z, generasi yang lahir pada 1997-2012. Menurut Menko Muhadjir, GNRM harus bisa memberikan gaung yang masif dan positif dalam 3 hal, yakni cara berfikir masyarakat, cara bersikap, dan cara bertindak masyarakat. Dia mengatakan, sasaran GNRM pada generasi muda penting karena generasi muda adalah yang akan memegang tampuk kepemimpinan Indonesia di masa depan.
SOLUSI
Indonesia punya struktur yang hebat, lima juta pegawai negeri, 34 kementerian, tapi gagal membangun integritas, moralitas, dan karakter bangsa agar mental Pancasila bisa menjiwai dan mendorong perubahan di bidang material dan politik yang sejalan dengan idealistis Pancasila. Revolusi Pancasila menghendaki adanya perubahan mendasar secara akseleratif, yang melibatkan revolusi material (Sila ke-5), mental kultural (Sila ke-1,2,3) dan political (Sila ke-4). Revolusi (basis) material diarahkan untuk menciptakan perekonomian merdeka yang berkeadilan dan berkemakmuran, berlandaskan usaha tolong menolong (gotong royong) dan penguasaan negara atas cabang-cabang produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang banyak. Revolusi (superstruktural) mental-kultural diarahkan untuk menciptakan masyarakat religius yang berperikemanusiaan, yang egaliter mandiri, amanah dan terbebas dari berhala materialisme-hedonisme, serta sanggup menjalin persatuan dengan semangat pelayanan. Sementara revolusi (agensi) politikal, lanjut Yudi, diarahkan untuk menciptakan agen perubahan dalam bentuk integrasi kekuatan nasional melalui demokrasi permusyawaratan yang berorientasi persatuan (negara kekeluargaan) dan keadilan (negara kesejahteraan). Revolusi politik ini bisa diwujudkan dengan pemerintahan negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehiduan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan perdamaian dan keadilan, fokus revolusi mental Pancasila adalah mentalitas kemandirian, mentalitas gotong royong dan mentalitas pelayanan. Ketiga disebut tricita revolusi mental. Kemandirian, gotong royong, dan pelayanan harus menjadi landasan ideologi kerja bagi penyusunan platform dengan segala turunan program dan kebijakannya di semua lini dan sektor pemerintahan. Ketiganya dapat memberikan framework yang memudahkan perumusan prioritas pembangunan, pencanangan, program kerja, serta pilihan kebijakan yang diperlukan.
KESIMPULAN
Kerusakan mental yang sering dipublikasikan melalui media dan sangat sulit diperbaiki pemerintah dari waktu ke waktu adalah masalah korupsi kolusi, dan nepotisme yang dilakukan hampir semua pejabat yang ada. Gerakan revolusi mental sebagai program mengubah sikap dan karakter manusia untuk kembali pada citra dirinya sebagai makhluk yang diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya merupakan program keumatan yang harus dijunjung tinggi oleh semua pihak. Revolusi Pancasila menghendaki adanya perubahan mendasar secara akseleratif, yang melibatkan revolusi material (Sila ke-5), mental kultural (Sila ke-1,2,3)
Anggun Safitri (2281060036)
Mahasiswa Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
DAFTAR PUSTAKA
Widiastuti, R., An’Amah, S. H. K., & Sawerigading, A. F. J. NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR TARI BANGILUN UNTUK MENDUKUNG GERAKAN REVOLUSI MENTAL. WEBINAR NASIONAL V PASCASARJANA, 77.
Rahmawati, E., & Hanafi, I. R. (2022). Internalisasi Pendidikan Karakter Pelajar Melalui Pembentukan Revolusi Mental. Jurnal Kajian Pendidikan Islam, 220-243.
Aisyah, S. (2019). Menanamkan Nilai Kejujuran Sebagai Revolusi Mental Pada Generasi Penerus Bangsa. Tarbiyah Wa Ta’lim: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 6(2), 101-108.
Dewanti, A. K. (2021). Menyorot Masa Depan Pendidikan Karakter. Arsip Publikasi Ilmiah Biro Administrasi Akademik.