Mediacirebon.id – Fatiya (21) mahasiswa asal Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon mengaku, masih membutuhkan Angkutan Kota (Angkot) Cirebon. Baginya, angkot merupakan moda transportasi nyaman dan murah.
“Lebih enak pakai angkot tarifnya Rp4 ribu, dibanding pakai motor,” kata perempuan yang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Jalan Tuparev, Kabupaten Cirebon, Selasa (22/3/2022).
Namun saat naik angkot, Ia harus ektra sabar. Apalagi jika angkot sudah menunggu penumpang. Supir angkot akan berhenti selama 5-10 menit sampai ada penumpang naik.
“Ya harus sabar, sudah resiko naik angkot pasti nunggunya lama,” ujar dia.
Tata (20) mahasiswa asal Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon mengatakan hal yang sama. Dia mengaku harus mempersiapkan waktu lebih saat naik angkot. Apalagi jarak tempuh ke kampus di Tuparev, membutuhkan waktu 2 jam.
“Kalau pakai motor 1 jam, kalau pakai angkot 2 jam. Lebih lama tapi lebih murah,” tuturnya.
Ia memilih menggunakan angkot karena lebih aman. Jika menggunakan sepeda motor, khawatir di perjalanan. Apalagi jarak tempuh yang jauh dan rawan kejahatan.
“Kalau pakai angkot lebih aman daripada sendirian naik motor,” ujarnya.
Angkot Mati Segan Hidup Tak Mau
Cerita dua mahasiswa tadi, tak seindah kenyataanya. Angkot di Kota Cirebon setiap tahun terus menyusut. Apalagi kondisi angkot kian memprihatinkan.
Sekretaris Organda Cirebon, Karsono mengungkapkan, tahun 2012 jumlah angkot sebanyak 1800 armada, saat ini tersisa 700 armada atau menyusut 40 persen. Diprediksi jumlahnya akan terus menurun, menyusul tidak adanya peremajaan angkot.
“Ada pepatah bilang, hidup segan mati tak mau, ni yang terjadi pada angkot saat ini,” keluhnya.
Tidak ada peremajaan lantaran tidak ada bank yang mau memberikan pinjaman. “Sudah kerjasama dengan bank di Cirebon tapi banyak yang tidak mau,” ungkap dia.
Sementara biaya perawatan dengan pengasilan tidak seimbang. Otomatis banyak angkot dibiarkan terbengkalai oleh pemiliknya. Dia menceritakan, dalam sehari setoran paling besar Rp50 ribu. Pemilik harus menyisakan pendapatan sebesar 30 persen untuk perawatan.
“Jika dihitung tidak ke tutup antara pemasukan dan pengeluaran,” ungkapnya.
Maka tidak heran, banyak angkot di Kota Cirebon tidak layak jalan. Karsono berharap ada solusi terbaik dari pemerintah mengatasi persoalan ini. (Why)