Mediacirebon.id – Permainan anak Lato-lato tengah viral. Namun di Cirebon memiliki permainan khas yang sampai saat ini masih ada. Permainan itu bernama, perahu otok-otok.
Siapa sangka, perajin perahu otok-otok profesi sebenarnya adalah petani. Salah satunya Ma’oni, warga Desa Jemaras Lor, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon
Dia menceritakan, perahu otok-otok terbuat dari rbahan dasar tinplat. Kemudian, ditempa, dipatri, dan dicat warna-warni. Nama Perahu otok-otok berasal dari suara yang keluar dari dalam perahu saat dinyalakan menggunakan api.
“Perahu otok-otok merupakan mainan khas Cirebon yang ada sejak dulu,” kata Ma’oni kepada wartawan, Jumat (6/1/2023).
Perahu otok-otok dimainkan dengan cara, memasukan minyak sayur beserta kapas ke dalam perahu. Kemudian kapas dinyalakan dengan api. Tunggu beberapa saat perahu akan berjalan dengan mengeluarkan suara khas, otok-otok.
Keahlian membuat perahu otok-otok bedasarkan pengakuan Ma’oni sudah turun temurun. Ma’oni merupakan generasi ke-4 perajin perahu otok-otok.
“Ilmu dari jaman kakek buyut sampai sekarang masih bisa membuatnya,” ungkapnya.
Saat ini, pelanggan Ma’oni berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Seperti Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa Barat.
Perahu otok-otok dikerjakan dengan cara home industri. Setiap orang mampu membuat 10 perahu. Namun pengerjaannya membutuhkan waktu cukup lama. Pasalnya, ada yang bertugas merakit, mengecat sampai memastikan perahu bisa dimainkan.
“Ada yang dikerjakan bersama-sama ada yang dibawa pulang. Faktor cuaca juga mempengaruhi proses pengerjaan,” kata Ma’oni.
perahu otok-otok ramai pemesanan saat musim hari besar keagamaan atau tradisi tahunan Seperti Muludan, Karangmasan, Unjungan, Trusmian dan seterusnya. Pemesanan akan meningkat dibanding hari biasa.
“Ramai pemesanan saat hal tersebut. Berkah bagi kami karena kebanjiran order,” tuturnya.
Kedati demikian, para pengrajin mengalami kendala saat pesanan berbarengan dengan musim panen. Terpaksa perajin perahu otok-otok berhenti produksi, sampai panen rampung.
“Karena mayoritas petani jadi berhenti dulu membuat perahunya,” ujarnya. (Why)