Mediacirebon.id – Kondisi Perushaan Umum Daerah Farmasi Ciremai Kota Cirebon semakin memprihatinkan. Hal itu ditunjukkan dengan ketidakmampuan perusahaan memberikan pendapatan asli daerah (PAD).
Ketua Komisi II DPRD Kota Cirebon, M Handarujati Kalamullah SSos MAP mengatakan, keprihatinan ditunjukkan dengan sulitnya Perumda Farmasi dalam membiayai operasional perusahaan. Bahkan perusahaan harus meminjam dana dengan jaminan SK Direksi, termasuk SK Direktur Utama dan enam pegawai.
“PAD Perumda Farmasi jauh dari yang diharapkan. Ini bukti bahwa salah satu perusahaan milik Pemda Kota Cirebon dalam kondisi kritis,” ujarnya, Senin (28/7/2025)
Bukan hanya itu, Perumda Farmasi lemah dalam permodalan dan belum dimilikinya izin Pedagang Besar Farmasi (PBF). Hal ini yang menghambat dalam pengembangan usaha Perumda Farmasi Ciremai
“Tanpa legalitas itu, perusahaan tidak bisa menjalankan distribusi obat dan memberikan supply dalam bentuk Perdagangan Besar Farmasi dan Penyalur Peralatan Kesehatan,” ujarnya.
Atas dasar itu, Komisi II DPRD Kota Cirebon mendesak pemerintah daerah untuk segera menyelesaikan berbagai permasalahan yang membelit perusahaan BUMD tersebut, agar fungsinya sebagai penyedia layanan farmasi publik berjalan optimal.
Salah satu opsi intervensi yang dapat ditempuh yaitu mendorong kerja sama Perumda Farmasi Ciremai dengan RSD Gunung Jati serta memaksimalkan Klinik Pratama dan Klinik Utama guna menjaga keberlangsungan operasional perusahaan. Saat ini hanya apotik saja yg berjalan.
“Harus ada rencana jangka pendek, menengah, dan panjang agar Perumda ini bisa bangkit dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Direktur Perumda Farmasi Ciremai, Emirzal Hamdani menjelaskan, dari lima unit usaha yang ada, hanya apotek yang masih berjalan baik. Selain itu, dokter yang berpraktek di Perumda Farmasi hanya ada lima orang yaitu dokter penyakit kulit kelamin, dokter THT, dokter kandungan, dokter saraf dan dokter gigi.
“Kendala salah satunya kebijakan BPJS soal pembatasan jatah operasi mata, hingga terbatasnya permodalan,” papar Emir. (Why)