Mediacirebon.id – Kemitraan Indonesia-Australia untuk Infrastruktur (KIAT) berencana mengoptimalkan kembali 4 kolam oksidasi di Kota Cirebon.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) di Kota Cirebon.
Ada empat kolam oksidasi yang menjadi sasaran optimalisasiSistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) yakni kolam oksidasi Kesenden, kolam oksidasi Adeirma, kolam oksidasi RInjani dan kolam oksidasi Glatik.
Kepala Bidang SDA di Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kota Cirebon, Bagus Tony Umbara mengatakan, pihaknya sudah melakukan survei di empat kolam oksidasi tersebut bersama manajemen dari KIAT
“Survei lokasi sebagai bahan untuk menyusun rencana program SPALD,” kata Bagus kepada wartawan, Kamis (25/7/2/2024)
Menurut Bagus, kolam oksidasi yang ada masih beroperasi hanya belum optimal. Sehingga dengan program ini, diharapkan ke depan empat kolam oksidasi berfungsi secara maksimal.
“Masih digunakan sampai dengan saat ini, hanya memang belum optimal seperti pada awal peresmian pada tahun 1996,” paparnya.
Sementara itu Koordinator Kota KIAT, Doni Romdhoni Witarsa menyampaikan Kota Cirebon menjadi salahsatu dari lima daerah yang dipilih untuk lokus program Sanitation Infrastructure and Institutional Support Progam (SIIP).
Masih kata Doni, ada tiga dokumen perencanaan yang harus disusun, yakni dokumen perencanaan sektor, rencana pengembangan kapasitas dan dokumen perencanaan investasi.
“Program 2 tahun pertama, sampai Desember 2025, kita lakukan pendampingan penyusunan dokumen. Sifatnya partisipatif, melibatkan semua pihak,” jelas Doni.
Pada tahapan ini, pihaknya, bersama Pemkot melakukan kajian, terhadap kondisi empat IPAL yang ada, Dari mulai sambungan rumah, hingga ke kolam utama.
“Kajian dulu, apakah perlu optimalisasi, revitalisasi atau rehabilitasi. Eksekusinya nanti tahun 2026, melalui Kemen PUPR, direktorat sanitasi,” ujar Doni.
Doni menambahkan, dari empal IPAL di Kota Cirebon, hanya digunakan masyarakat sebanyak 30 persen. Sisanya memiliki speptiank sendiri di rumah. (Why)