Mediacirebon.id – Bagi Ihsan, baik atau tidaknya kualitas hidup seseorang bisa ditentukan oleh seberapa besar perhatiannya kepada pendidikan. Menurut pemuda yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat ini, tingkat kesejahteraan dan perilaku bisa diukur dari tingkat pendidikannya.
Faktanya, kata pemuda bernama lengkap Ihsanuddin ini, pendidikan saat ini menjadi barang mahal. Tidak semua kalangan bisa menikmati fasilitas pendidikan yang berkualitas. Akhirnya, tidak semua bisa merasakan pendidikan berkualitas secara merata. Faktor ekonomi, akses, serta fasilitas menjadi faktor kendala di lapangan.
“Itulah salah satu tantangan kami di daerah, khususnya di desa. Seakan ada sebuah stigma bahwa wajar orang kota lebih sukses, karena fasilitas dan akses yg memadai dibandingkan anak-anak di desa. Tapi kami yakin bahwa kesuksesan itu milik siapa saja. Tidak dibatasi oleh wilayah, status ekonomi, dan tempat lahir,” tegas pria kelahiran Cirebon 33 tahun silam.
Itulah yang menjadi dasar langkah Ihsan selaku founder dan pemuda lainnya mendirikan pondok Yatim Desa atau Yatama Mendunia di bawah yayasan Anak Desa Mendunia. “Kami ingin menghadirkan fasilitas yang memadai bagi mereka yang kurang beruntung, terutama anak-anak yatim desa dhuafa. Kami berikan fasilitas beasiswa full 100 persen,” sebut Ihsan yang merupakan sarjana Ekonomi Islam ini.
Pondok ini berdiri di atas lahan seluas 1000 M persegi. Tepatnya di Jl. Imam Bonjol No. 32 Blok III RT/RW 02/05 Desa Bobos, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon. Berada di lingkungan asri, sejuk dan nyaman, persis di bawah perbukitan Gunung Kuda. Sangat kondusif untuk belajar. Di sini juga lah tempat dimana Ihsan lahir dan dibesarkan.
Lebih jauh, Ihsan menjelaskan, sesuai namanya Pondok Yatama Mendunia, selain bekal ilmu agama dan hafalan Quran (Tahfidz), para santri dibekali kompetensi bahasa asing. “Harapanya santri Yatama Mendunia siap dan mampu bersaing di level yang lebih tinggi karena bekal bahasa yang dimiliki. Target 3 bahasa yakni Arab, Inggris dan pilihan,” terang Ihsan yang dikenal sebagai seorang pengusaha di beberapa bidang ini.
Selain itu, sambung Ihsan, bubuhan nama ‘Mendunia’ juga dimaknai dengan harapan bahwa santri dapat memiliki lingkup pergaulan, networking, pengalaman, wawasan bahkan siap berkompetisi dalam persaingan global. Hal tersebut, kata Ihsan, tentunya merupakan implementasi dari pemahaman agama dan adab Keislaman sebagai fondasinya.
Sejauh ini, Pondok Yatama Mendunia masih menyicil pembangunannya. Namun, kegiatan mengaji serta belajar-mengajar sudah bisa kondusif dilakukan dengan adanya Gazebo. “Sambil menunggu pembangunan asrama santri rampung, Pondok Yatama Mendunia ini juga dijadikan sebagai destinasi wisata edukasi yang bertujuan mendekatkan anak-anak dengan alam,” kata Ihsan.
Meski baru didirikan awal 2021, Pondok Yatama Mendunia telah mendidik empat puluhan santri yang terdiri dari yatim mukim, yatim non-mukim, dan santri non-mukim. Serta, Pondok Yatim Mendunia juga dijadikan tempat membina 36 orang dari kelompok ibu rumah tangga dan para pemuda untuk diberi pelatihan keterampilan dan diberdayakan.
“Ketika ayah mereka telah meninggalkan mereka, maka sandaran hidup mereka separuh hilang: kasih sayang, perhatian dan nafkah. Maka kami hadir dengan kesungguhan hati merawat, membina dan mendidik mereka. Menghantarkan kepada masa depan mereka nanti,” pungkas Baba Ihsan, panggilan akrab para santri kepadanya saat ditemui usai mengajar.
Penulis Ade Chandra Sutrisna