KEJAKSAN – Kota Cirebon menjadi satu-satunya kota di Pulau Jawa yang akan menjalankan program Kota Inklusif Ketahanan Iklim. Program ini merupakan proyek Climate Resilience and Inclusive Cities (CRIC) untuk wilayah kawasan Asia Pasifik yang diselenggarakan oleh Uni Eropa (UE) berkolaborasi dengan asosiasi kota dan Pemerintah Daerah se-Asia Pasifik yaitu United Cities and Local Government Asia Pacific (UCLG ASPAC).
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) Kota Cirebon, Iing Daiman, S.Ip, M.Si
Untuk Kota Cirebon, kata Iing, konsentrasinya yakni bagaimana tentang manajemen pengelolaan sampah (waste management). “Ini sifatnya bukan fisik, tapi asistensi dan peningkatan kapasitas termasuk pertukaran ilmu. program ini juga didampingi oleh UCLG,” jelas Iing.
Ia mengungkapkan, yang mengikuti seleksi program ini sebenarnya bukan hanya Kota Cirebon, tetapi atas pertimbangan otoritas yang menyeleksi, Kota Cirebon terpilih sebagai kota yang menjalani program ketahanan iklim ini. “Cirebon sudah punya Perda pengelolaan sampah, perwal ttg kebijakan strategis daerah penanganan sampah domestik, kita juga punya komunitas yang konsen terhadap perubahan iklim, kita punya RW. 08 Merbabu Asih yang memiliki program Kampung iklim (Proklim) yang sudah menerima penghargaan tingkat nasional sebagai Proklim Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup,” ungkapnya.
Terkait program ini, Iing berharap, pengolahan dan pengelolaan sampah diupayakan ditangani mulai level keluarga, seperti memilah sampah organik dan non organik. “Disamping itu Kota Cirebon ini juga butuh Tempat Pembuangan Sampah Spesifik (TPSS) khusus untuk sampah/limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun),” kata Iing.
Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama menyukseskan program CRIC ini. “Salah satunya, bagaimana kita mengelola dan mengolah sampah dengan partisipasi dan kolaborasi masyarakat dengan pemerintah. Yuk bareng-bareng mewujudkan Kota Cirebon menjadi kota yang bersih, dengan mengelola dan mengolah sampah dimulai dari level rumah tangga,” ucapnya.
Sementara, salah satu anggota Kelompok Kerja (Pokja) program CRIC sekaligus Penggerak Kampung Proklim RW.08 Merbabu Asih, Agus Supriono mengatakan, program ini orientasinya kepada tata ruang, penataan pemukiman atau lingkungan. “Kampung kami ini memang sudah memiliki sistem berkelanjutan sampai hari ini, giat proklim terus berjalan dan bertambah,” ungkap Agus.
Kegiatan proklim di Merbabu Asih ini, kata Agus, dari masyarakat oleh masyarakat untuk masyarakat. “Orientasi lingkungan, bagaimana melakukan edukasi terkait perubahan iklim, betapa pentingnya mengelola lingkungan, karena kita hidup di lingkungan hidup,” ucap Agus.