Mediacirebon.id – Musda ke-II Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Cirebon Raya berlangsung di ruang pertemuan Bandar Jakarta, Jalan Cipto MK, Kota Cirebon, Selasa (25/11/2025)
Dalam Musda HIMKI Cirebon Raya membahas sejumlah isu strategis yakni kewajiban negara menyediakan bahan baku industri dalam negeri, penguatan struktur industri berbasis nilai tambah dan pembatasan ekspor bahan mentah yang mengganggu pasokan industri.
Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur mengatakan, selama empat dekade, Cirebon dan Jepara telah menjadi dua pusat hilirisasi kayu paling kuat di Indonesia. Kedua wilayah ini bukan hanya ruang industri, namun laboratorium sosial dan ekonomi.
“Dari tangan para maestro kriya, perajin, dan industriawan, kayu Indonesia menjelma menjadi produk furnitur dan kerajinan kelas dunia yang melampaui sekedar komoditas, menjadi karya bernilai budaya dan ekonomi tinggi,” ujarnya.
Cirebon dan Jepara telah membuktikan bahwa hilirisasi bukan teori, melainkan realitas keberhasilan pembangunan yang menyerap ratusan ribu tenaga kerja dan menghasilkan devisa signifikan bagi negara.
“Model keberhasilan tersebut menjadi alasan mengapa usulan relaksasi ekspor kayu bulat (log) dan kayu gergajian yang kini tengah dibahas pemerintah melalui Focus Group Discussion resmi, patut menjadi perhatian serius,” ungkapnya.
Relaksasi ekspor bahan mentah seberapapun meski dibungkus argumen teknis akan berpotensi mengganggu suplai bahan baku, memicu kenaikan harga, dan membuka jalan menuju deindustrialisasi dini, terutama bagi sektor furnitur dan kerajinan yang menyerap lebih dari 2,1 juta tenaga kerja Indonesia.
“Mendorong ekspor log berarti memilih keuntungan jangka pendek dan mengorbankan masa depan industri nasional,” paparnya.
Cirebon dan Jepara adalah bukti nyata bahwa hilirisasi mampu menciptakan masa depan. Oleh karena itu, kita tidak boleh membiarkan kepentingan jangka pendek merusak momentum sejarah transformasi industri nasional yang sedang dibangun.
“Hilirisasi adalah jalan kemandirian ekonomi bangsa, bukan pilihan retoris.bKita tidak sedang memperdebatkan kayu, tetapi masa depan 2,1 juta keluarga Indonesia,” katanya. (Why)
