Mediacirebon.id – Ribuan jamaah dari berbagai daerah di Wilayah III Cirebon menghadiri peringatan Haul ke-457 Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) sekaligus Hikmah ke-6 Jam’iyyah Hadiyu Keliling (Jamha), dengan mengusung tema ‘Dengan Jamha kita bersatu, dengan Hadiyu kita kuat, dan dengan cinta tanah air kita maju’.
Ketua Jamha Pusat, Dr Ir H Sa’udi Muhammad MM menyampaikan, kegiatan ini tidak hanya menjadi momentum spiritual, tetapi juga sarana memperkuat persatuan umat.
“Dalam rangka Haul Sunan Gunung Jati ini, mudah-mudahan dengan karomah beliau, bangsa Indonesia, khususnya Cirebon, diberkahi, makmur, dan sejahtera,” ujarnya.
Ia menjelaskan, tradisi Hadiyu Keliling Jam’iyyah rutin digelar dua bulan sekali. Program ini dimulai sejak tahun lalu, diawali dari Kantor PCNU Sumber, kemudian berlanjut ke Masjid At-Taqwa, Indramayu, dan Majalengka. Agenda berikutnya direncanakan berlangsung di Kabupaten Sumedang pada 14 September mendatang.
“Kegiatan ini kami adakan untuk mempererat persatuan dan kesatuan Jam’iyyah di setiap desa dan kecamatan. Kini, Kabupaten Cirebon menjadi tuan rumah pelaksanaan,” tambahnya.
Dewan Pembina Jamha, KH Syaifullah Amin menjelaskan, pembacaan aurod hadiyu dan haul akbar sudah menjadi agenda rutin setiap bulan Rajab. Ia mengapresiasi kerja keras panitia, khususnya dari Kecamatan Gunung Jati dan Suranenggala, yang telah menyukseskan acara.
“Kegiatan ini berlangsung tertib, lancar, dan kondusif. Jamaah juga membawa konsumsi sendiri, meskipun panitia tetap menyediakan makanan ringan,” tuturnya.
KH. Syaifullah juga menyinggung momentum haul yang bersamaan dengan peringatan Hari Kemerdekaan RI. Ia mengingatkan, peran ulama dan pesantren sangat besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan.
“Tanpa ulama, pesantren, dan Nahdlatul Ulama, Indonesia mungkin belum merdeka. Ulama sejak dulu sudah menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” katanya.
Ia mencontohkan perjuangan Pesantren Babakan Ciwaringin yang turut serta dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dengan mengirimkan dua gerbong pasukan. Dari pengorbanan itu, hanya satu gerbong yang kembali, bahkan sebagian nama pejuang hingga kini tidak diketahui.
“Tokoh yang menonjol kala itu antara lain Kiai Solihin, Kiai Hannan, dan Kiai Masduki Ali. Peran Babakan ini merupakan bagian penting dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, KH Syaifullah juga menegaskan, sejarah Hadiyu juga memiliki akar kuat dari tradisi Pesantren Babakan dan Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Karena salah satu ulama yang rutin membacakan aurod hadiyu adalah masih dalam satu nasab dengan Sunan Gunung jati.
“Selain itu Pesantren Babakan sendiri telah berusia lebih dari 350 tahundan mendapat pengakuan sebagai salah satu pondok pesantren tertua. Kemudian akar lain juga dari silsilah keluarga dari Sunan Gunung Jati,” terangnya.
Sementara itu, Ketua PSPB KH Marzuqi Ahal berpesan kepada jamaah agar senantiasa meluruskan niat dalam membaca aurod hadiyu.
“Niatkan semua ibadah sebagai bentuk taqarrub, untuk semakin dekat kepada Allah SWT agar mendapat ridha-Nya,” ungkapnya.
Sedangkan Mursyid dan Mujiz Jamha, KH Zamzami Amin mengucapkan terimakasih atas peran semua pihak yang telah menyukseskan kegiatan ini, selain panitia ada juga tim medis dari dua kecamatan yang hadir untuk memberikan tes kesehatan secara gratis.
“Selain kepada panitia, kami juga ucapkan terimakasih kepada semua yang sudah berperan dalam menyukseskan kegiatan ini,” katanya.