Mediacirebon.id – Tokoh ulama dan pemuda di wilayah 3 Cirebon sepakat bersatu berjuang dalam bingkai perubahan membangun bangsa Indonesia. Mereka membentuk Gerakan Perubahan dan Pemenangan Capres Cawapres RI Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) Rabu (1/11) malam di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.
Tokoh ulama yang turut hadir diantaranya KH Syaefullah Amin, KH Sobirin, KH Hasan Bisri, KH Mumin, KH Ibnu Masud, KH Maskur ibnu Ilyas, KH Maghozi, Kiai Nurkamali, Gus Abd muiz Syairozi, Kiai Hisyam yahya, KH Hanif Aqso KH Muhamad, dan puluhan kiai kampung beserta tokoh pemuda.
Pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur’an Babakan Ciwaringin KH Syaefullah Amin menyatakan, bahwa menentukan pilihan politik ke pasangan AMIN adalah sikap yang paling maslahat pada Pilpres 2024.
“Tidak saja karena Dwitunggal Anies- Muhaimin paling representatif tapi juga karena difahami betul bahwa melalui Amin inilah agenda perubahan bagi kedepannya bisa terwujud,” ungkapnya usai terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Dewan Pembina Gerbang AMIN.
Dia mengatakan, agenda tersebut menjadi permulaan, selanjutnya, akan ada pertemuan membahas secara detail terkait penguatan konfigurasi gerakan dan pematangan integrasi simpul, termasuk aktor pemenangannya.
“Tidak akan lama lagi kita akan deklarasi dan melantik tokoh ulama dan tokoh masyarakat yang sepakat perubahan di Indonesia. Karena dalam kesempatan ini banyak usulan dari para ulama, pandangan serta uraian untuk menguatkan langkah-langkah strategis kedepannya,” kata pria yang akrab disapa Kiai Asep itu.
Pihaknya memastikan akan bergerak memenangkan AMIN bersama dengan para tokoh yang hadir, karena atmosfir perubahan sudah sangat tampak menggeliat seiring dengan berjalannya waktu.
“Apalagi dari ketiga pasan Capres cawapres hanya AMIN yang mengusung perubahan. Hasil riset dari lembaga yang kredibel menyebutkan 92 persen warga merasa dalam situasi yang semakin sulit, korupsi semakin melilit, nepotisme juga mulai menjadi penyakit akut yang harus dihapuskan. Maka pilihannya tidak ada lain gerakan perubahan,” terangnya.
Kiai Asep menyebut, bukan hanya para kiai dan ulama serta pemuda yang turut antusias hadir dalam rencana gerakan perubahan tersebut, melainkan para perwakilan relawan dari sektor pengusaha, petani, nelayan dan penggerak desa.
“Kami merasa bangga sangat positif sekali respon publik terhadap perubahan. Kami percaya hal ini akibat ketokohan dan figuritas yang teruji dari Pak Anies Baswedan dan Gus Muhaimin Iskandar,” kata dia.
Selain itu, Tokoh Pemuda Taufiqurrohman menyebutkan mulai ada yang merusak tatanan demokrasi dan amanat reformasi yang agung. Dimana, hukum dan konstitusi secara terang-terangan diubah hanya demi kepentingan dinasti dan melanggengkan kekuasaan saat ini.
“TAP MPR NO 11 TAHUN 98 menyebutkan, penyelenggaraan negara harus bersih dari korupsi kolusi & nepotisme. Tap MPR ini masih berlaku dan gak pernah di cabut. Kemudian Uu 28 tahun 1999 juga merinci soal Itu. Sehingga peristiwa keputusan MK yang syarat praktik nepotisme ini harus dilawan dengan bergerak memenangkan Amin,” jelasnya.
Menurut Mantan Ketua Umum PC PMII Indramayu itu, pemuda sebagai agen of change tidak boleh diam, karena perubahan adalah keniscayaan yang harus diperjuangkan bukan ditunggu apalagi diam berpangku tangan melihat situasi yang serba sulit saat ini.
“Jangan sampai berlindung dibawah narasi pemuda dibawah usia 40 tahun bisa menjadi pemimpin negara. Pemuda jangan hanya dimaknai definisi biologis atau fisik. Akan tetapi sikap dan cara dan tata dan filosofi kerja. Masa 2 hari jadi anggota partai langsung jadi ketum partai tanpa melalui proses demokrasi di internal hanya karena anak presiden, itu tua banget. Itu cara parpol non modern yang belum mengenal demokratisasi dalam dirinya. Konservatif banget dan oligarki partai. Itu sejarah partai tua yang sudah dikubur habis dimana-mana. Muda itu bersih melawan praktik yang hegemonik dan diskriminatif,” terang Taufiq.
Taufiq menyebutkan, pihaknya bergerak untuk menjalankan fungsi sebagai warga negara yang tidak ingin negara ini sakit parah apalagi demokrasi menjadi mati.
“Ingat, kita Ini penumpang kapal yang dinahkodai pemimpin negeri ini yang mau karam. Kita bukan turis yang berada diluar yang hanya menonton kapal yang didalamnya ada demokrasi yang membocorkan perahu, menggunakan hukum untuk kepentingan keluarga dan yang lainnya. Kita harus bergerak bersama gerakan perubahan ini,” kata pria yang juga Relawan Kelompok Masyarakat Pedagang Pendukung Anis itu.